Bakal calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump, dalam kampanye akhir pekan lalu mengusulkan salah satu metode mengusir warga muslim paling efektif. Caranya yakni menembaki muslim AS dengan peluru yang sudah dicelupkan dalam darah babi.
Pernyataan Trump ini sangat disayangkan oleh Dewan hubungan Amerika-Islam (CAIR). "Apa yang diucapkan (Trump) bisa memicu kekerasan terhadap komunitas muslim," kata Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad, seperti dilaporkan Alarabiya, Senin (22/2).
Komunitas Muslim AS menilai pernyataan pengusaha kondang AS itu sudah beebrapa kali kelewat batas. Selain tidak beradasar pada fakta, komentar-komentar Trump tentang umat Islam menurut CAIR hanya berdasar pada kebencian.
Trump dalam kampanye di selatan California, pekan lalu, menyatakan dukungannya terhadap metode penyiksaan waterboarding dan cara interogasi lain terhadap tahanan terduga teroris beragama Islam di Penjara Guantanamo.
Di sela-sela pidato soal terorisme itulah, Trump lantas menceritakan kisah Jenderal Ekspedisi AS, John Pershing, yang berhasil menghalau serangan suku muslim di Filipina pada awal 1900-an. Pershing hanya berbekal menembaki mereka menggunakan peluru yang dicelupkan dalam darah babi yang haram bagi umat Islam. CAIR menyebut cerita ini omong kosong belaka.
Trump masih melaju dalam pemilihan internal Partai Republik, menjaga peluang menjadi presiden AS. Selepas kalah dari Ted Cruz di Kaukus Iowa, konglomerat properti dan kasino itu berbalik menang di pemilihan tipe primary di New Hampshire dan South Carolina. Trump unggul jauh (32,5 persen) dibanding pesaing dekat seperti Ted Cruz atau Senator Marco Rubio.